Sabtu, 31 Oktober 2009

METODE PENGATURAN PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DALAM UPAYA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT DAN ENERGI

METODE PENGATURAN PENGGUNAAN TENAGA LISTRIK DALAM UPAYA

PENGHEMATAN BAHAN BAKAR PEMBANGKIT DAN ENERGI


Agung Nugroho

agungn@elektro.ft.undip.ac.id

Jurusan Teknik Elektro – Fakultas Teknik Undip, Semarang


Abstrak

Dalam pengoperasian sistem tenaga listrik harus selalu diusahakan agar daya yang dibangkitkan sama dengan permintaan daya sistem. Pengaturan pembangkitan untuk memenuhi permintaan tenaga listrik, disusun menurut prioritas, yaitu pembangkit dengan biaya bahan bakar paling murah ditempatkan untuk mendukung beban dasar, sedangkan pembangkit yang tidak efektif digunakan untuk mendukung waktu beban puncak. Pengaturan penggunaan tenaga listrik adalah program pengaturan waktu dan besaran pemakaian tenaga listrik agar diperoleh pemakai an yang efisien dan hemat. Pengaturan dilakukan dengan menurunkan atau menghemat tenaga listrik, pemangkasan beban puncak dan pengalihan beban dari waktu beban puncak (WBP) ke luar waktu beban puncak (LWBP), sehingga suplai pembangkit yang tidak efisien bahan bakarnya dapat berkurang. Metoda pengaturan pemakaian tenaga listrik dari sisi pengguna adalah high efficiency lighting, improved refrigerators, improved air conditioning, improved motors, penggunaan tenaga listrik pada luar waktu beban puncak, energy management audits, efficient new construction. pelaksanaan metoda tersebut perlu dilakukan sosialisasi ke konsumen tenaga listrik. penghematan yang diperoleh dapat digunakan untuk menunda rencana pembangunan sistem tenaga listrik yang disebabkan pertumbuhan permintaan tenaga listrik, pemenuhan permintaan calon pelanggan tenaga listrik dan menurunkan pembayaran rekening listrik


I. PROSES PENYAMPAIAN TENAGA

LISTRIK

Karena berbagai persoalan teknis, tenaga listrik hanya dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu saja. Sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan tenaga listrik tersebar dibelbagai tempat, maka

penyampaiain tenaga listrik dari tempat dibangkitkan sampai ke tempat pelanggan memerlukan berbagai penanganan teknis. Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP, PLTGU dan PLTD, kemudian disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan tegangannya oleh transformator penaik tegangan yang ada dipusat listrik. Saluran tegangan tinggi di Indonesia mem punyai tegangan 150 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan tegangan 500 kV yang disebut sebagai Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET). Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan ada pula yang berupa kabel tanah. Karena saluran udara harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan kabel tanah, maka saluran transamisi kebanyakkan berupa saluran udara. Kerugian saluran transmisi menggunakan kabel udara Transmisi, Vol. 11, No. 1, Juni 2006 : 45 – 51 46 adalah adanya gangguan petir., kena pohon dan lainlain. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi, maka sampailah tenaga listrik di Gardu Induk (GI) untuk diturunkan tegangannya melalui transformator penurun tegangan menjadi tegangan menengah atau yang juga disebut tegangan distribusi primer. Tegangan distribusi primer yang digunakan pada saat ini adalah tegangan 20 kV. Jaringan setelah keluar dari GI disebut jaringan distribusi, sedangkan jaringan antara Pusat Listrik dengan GI disebut jaringan transmisi. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer, maka kemudian tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardugardu distribusi menjadi tegangan rendah dengan tegangan 380/220 Volt, kemudian disalurkan melalui Jaringan Tegangan Rendah untuk selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah pelanggan (konsumen) melalui Sambungan Rumah. Dalam praktek karena luasnya jaringan distribusi, sehingga diperlukan banyak transformator distribusi, maka Gardu Distribusi seringkali disederhanakan menjadi transformator tiang. Pelanggan yang mempunyai daya tersambung besar tidak dapat disambung melalui Jaringan Tegangan Rendah, melainkan disambung langsung pada Jaringan Tegangan Menengah, bahkan ada pula yang disambung pada jaringan Transmisi Tegangan Tinggi, tergantung besarnya daya tersambung. Setelah tenaga listrik melalui Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan Sambungan Rumah, maka tenaga listrik selanjutnya melalui alat pembatas daya dan KWH meter. Dari uraian tersebut, dapat dimengerti bahwa besar kecilnya konsumsi tenaga listrik ditentukan sepenuhnya oleh para pelanggan, yaitu tergantung

bagaimana para pelanggan akan menggunakan alatalat listriknya, yang harus diikuti besarnya suplai tenaga listrik dari Pusat-pusat Listrik. Proses penyampaian tenag a listrik dari Pusat-pusat Listrik

ditunjukkan dalam Gambar 1. Gambar 1. Proses penyampaian tenaga listrik


II. KESIMPULAN

Pelaksanaan metoda tersebut perlu dilakukan sosialisasi ke konsumen tenaga listrik, dan diharapkan dengan pengaturan penggunaan tenaga listrik, membuat masyarakat pengguna tenaga listrik

makin mengetahui pentingnya tenaga listrik. Penghematan yang diperoleh dapat digunakan untuk menunda rencana pembangunan sistem tenaga listrik yang disebabkan pertumbuhan permintaan tenaga listrik, pemenuhan permintaan calon pelanggan tenaga listrik dan menurunkan pembayaran rekening listrik.


DAFTAR PUSTAKA

[1] Amrullah M, MA. Tarif Listrik yang Mengacu pada Efisiensi Sumber Daya Nasional serta Metodologi Peramalan Kebutuhan Listrik. PT PLN (Persero). Jakarta, 1993.

[2] Annonymous. Penyusunan Prakiraan Kebutuhan Listrik. Dinas Penelitian Kebutuhan Listrik. PT PLN (Persero). Jakarta, 1996.

[3] Annonymous. Long-range Energy Alternatives Planning System. Stockholm Environment Institute, Boston USA, 2000.

[4] Annonymous. Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral nomer :0954/K/30/MEM/2004. Jakarta, 2004.

[5] Annonymous. Pengusahaan dan Tarif Listrik. The Institute of International Education Electricity Restructuring Activities Group (IIE/ERAG). Jakarta, 2004.

[6] Annonymous. Data Stastistik tahun 2000, 2001, 2002, 2004, 2005.. PT PLN (Persero) APJ

Semarang. Semarang, 2004.

[7] Annonymous. Prosedur Audit Energi Pada Bangunan Gedung. SNI 03-6196-2000, Badan Standardisasi Nasional.

[8] Annonymous. Teknik Penghematan Energi pada Rumah Tangga dan Bangunan Gedung. Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2002.

[9] Culp, A.W. Prinsip Konversi Energi. Erlangga, Jakarta, 1996.

[10] Djiteng, M. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Balai Penerbit & Humas ISTN, Jakarta, 1990.

[11] Gonen, T. Modern Power System Analysis. McGraw-Hill Book Co, Sacramento California, 1987. Metode Pengaturan Penggunaan Tenaga Listrik dalam Upaya Penghematan bahan bakar Pembangkit ... (Agung Nugroho)51

[12] Kirchmayer, L.K. Economic Operation of Power Systems. John Wiley & Sons. NY, 1999.

[13] Oetomo TW. Pelatihan Perencanaan Energi. Pusat Informasi Energi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Energy Analysis and Policy Office (EAPO). Jakar ta, 2004.

[14] Peck, S.C. Electric Load Forecasting Probing the Issues with Models. Energy Modelling

forum. Stanford California, 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar