Minggu, 22 November 2009

Macam - macam jenis speaker

1. Subwoofer /Woofer: Untuk menghasilkan mereproduksi nada rendah.Biasanya dibatasi dari 100 Hz dan di bawahnya. Dan bilamana suatu woofer dapat mereproduksi nada bass dibawah 40 Hz maka dapat disebut subwoofer.Biasanya ukuran dari subwoofer adalah 12,15,18 inci, ukuran woofer sekira 10 dan 8 inci


2. Midbass / Midwoofer: Biasanya menghasilkan frekuensi dengan rentang antara 80Hz-350Hz.Biasanya ukuran dari midbass ini adalah dari 5 sampai 7 inci



3.Midrange: Ukuran dari midrange murni adalah sekira 3-4 inci, Frekuensi kerjanya adalah sekitar 350 sampai dengan 4500Hz.


4.Tweeter: adalah driver speaker yang digunakan untuk reproduksi daerah atas dari frekuensi musik, biasanya cakupan kerjanya adalah dari 3500 Hz sampai 20 Khz.Bentuknya bermacam2 menurut ukuran dan freq kerjanya.Biasanya ukurannya antara 0,5-4 inci


5.Super tweeter atau ribbon tweeter atau planar plate tweeter: adalah suatu tweeter khusus yang berfungsi sebagai penambah bila tweeter konvensional tidak dapat menghasilkan frekuensi tinggi( high ) yang diharapkan.Biasanya cakupa

Mengenal Car Power Amplifier


Jenis - jenis Power amplifier berdasarkan kelas

1.Class AB, A, B :

Amp kelas ini memakai sedikitnya 1 transistor per rail per channelAmp 2 channel akan memakai sedikitnya 4 output transistor, tapi dapat juga ditambah jumlahnya supaya terdapat peningkatan signifikan pada dayanya.Dua transistor pada 1 channel akan bekerja on dan off,mengirim nilai variabel dari voltage sinyal + dan - ke speaker output terminal +.Terminal - dari speaker terminal tersambung pada ground.Kapan dan berapa sering transistor menyala akan menentukan kelas dari amp tersebut apakah kelas A, AB atau B.Transistor power kelas A selalu menyala oleh arus yang mengalir, suara memang lebih baik dibanding kelas AB atau B, tapi akan lebih cepat menjadi panas ,karena tidak efisien. Banyak energi yang terbuang karena berubah menjadi panas.

Class B: hanya 1 dari transistor tersebut yang menyala dalam satu waktu.Class B efisien, hanya mungkin suara nya agak kurang bila dibanding dengan Class A dan AB.Penjelasan ini menerangkan mengapa lebih banyak dipakai kelas AB di car audio, efisien dan bersuara cukup baik.
2.Class G:
Cara kerja power ini mirip dengan kelas AB, hanya ada suatu cara yang membuat amp ini menjadi lebih efisien, Amp ini mempunyai lebih dari 1 rail + dan - yang satu lebih tinggi nilainya. Ada merk tertentu yang memakai + dan - sebesar 25 volt untuk level rendah. Dan bila tidak diperlukan, amp ini bekerja hanya pada 25 V, tapi seiring dengan bertambahnya signal level,amp ini dengan lembut berpindah pada rail yang lebih tinggi misal 50 volts.Kesimpulannya, suara dari amp kelas G ini sama baiknya dengan class AB tapi jauh lebih efisien.

3.Class D:
Amp pada kelas ini tidak menggunakan alat output secara analog untuk merubah voltage naik atau turun. Amp ini menggunakan Mosfet ,yang seperti transistor,tapi bedanya memakai siklus on dan off nya yang sangat cepat, dibanding dengan pada kelas AB yang merubah naik atau turun. Siklus seberapa sering on versus off akan menentukan berapa besar output dari power ini.Biasa power Class D ini ditujukan sebagai power untuk Subwoofer.Kita ibaratkan seperti saklar on/off untuk menyalakan lampu (D)dan saklar dimmer untuk meredupkan lampu(AB).Amplifier Class D sangat efisien tetapi sangat terbatas untuk frequency response nya, serta tingkat distorsinya lebih besar dari kelas AB.

4.Vacuum Tube Amps. (Amplifier tabung)
Power Amplifier ini menggunakan pendahulu dari transistor ,yaitu tabung hampa, udara dengan katoda dan anoda yang berfungsi mengalirkan elektron.Cara kerjanya adalah dengan memakai transformator dengan memasukkan tegangan tinggi dan kemudian dirubah kembali menjadi tegangan rendah dengan arus yang dapat menggerakkan speaker.Tapi banyak menjadi perdebatan karena banyak audiophile yang berpendapat bahwa power ini suaranya lebih baik dari power transistor.

Cara pasang amplifier mobil sendiri

Setelah kita mengenal power secara umum selanjutnya kita masuk ke teknik instalasi.

1.Seperti yang kita ketahui bahwa power amplifier menghasilkan panas, dan udara panas mengalir keatas, umur power dapat menjadi pendek bila terjadi overheat dalam jangka waktu yang lama.
Maka cara pemasangan yang benar adalah vertikal atau horizontal dengan muka heatsink tidak terhalang oleh apapun.
Tidak disarankan untuk menginstall power dengan heatsink menghadap kebawah.Bila impedansi speaker yang dipakai rendah, misal 2 ohm atau kurang, atau memakai tutup dari akrilik untuk cosmetic use, disarankan memakai exhaust fan sebagai pendingin tambahan.
Carilah tempat dengan clearance yang sesuai, karena power dimensi nya harus ditambah dengan perkabelan, tempatkan power agar kabel2 tidak terganggu dan terlipat.

2.Tariklah kabel power DC + dari accu positive, pasanglah sekring dengan jarak max 40 cm dari kepala accu, pasang terminal dengan ketat, berilah pelindung memakai heatshrink, dan pasanglah pula pelindung kabel yang berupa selang, untuk menghindari tergeseknya kabel tersebut di dalam engine compartement.Masukkan kabel tersebut melalui grommet karet pada firewall, dan periksa apakah terjadi kebocoran.

3.Bukalah karpet dasar pada mobil anda, kemudian jalankan kabel DC + beserta kabel remote turn on/off, hindari bagian besi yang tajam pada mobil anda.dan sedapat munggkin jauhkan kabel ini dari ECU dan harnessnya.

4.Masukkan kabel RCA dan atur agar jaraknya sejauh mungkin dengan kabel speaker, kabel DC + dan wiring standar mobil. Bila berdekatan akan dapat menimbulkan alternator whine/noise, karena kabel RCA ini rentan induksi karena kabel yang berarus besar.

5.Tarik pula kabel speaker, dengan memperhatikan pula point2 diatas, terakhir, kencangkan kabel kabel tersebut dengan tie wrap dan duct tape.
Pasangkan lagi karpet dasar seperti semula.

6.Carilah titik ground, carilah titik yang paling dekat dengan chassis, bila memungkinkan atur jarak agar panjang kabel ground tidak melebihi 40 cm.Periksa pula apakah titik ground yang anda pilih beda potensialnya paling besar dengan ground. Dan patut diperhatikan bahwa besar kabel ground harus sama dengan kabel DC + nya.

7.Periksalah semua sambungan kabel, dan periksa kembali polaritas.Bila semua sudah sesuai, pasangkan kabel RCA.

8.Atur gain power ke posisi paling minimal, kemudian nyalakan HU dan atur volume sampai dengan 75 persen dari volume max. Kemudian atur gain power supaya terjadi kompromi antara noise, dan sinyal musik.Langkah ini sangat penting dalam penyetelan gain secara sederhana. Dinamakan Gain Matching. Maksudnya agar supaya terjadi keseimbangan antara sinyal output dan input

l
Struktur Power Amplifier:

Struktur dari power Amplifier ini biasanya terdiri dari:

1.Heat Sink ( casing)
Fungsi dari Heat Sink ini adalah untuk menyerap dan membuang panas yang dihasilkan oleh transistor. Bahan pembuat dari heat sink ini umumnya adalah aluminium cor atau kadang2 digunakan pula tembaga.

2. DC Connector Terminals section.
Pada sebagian besar Amplifier terdapat beberapa terminal untuk menyambung power input yaitu DC (+) konstan langsung dari terminal (+) ( positive dari Accu),
Ground or Negative (-) yang biasanya disambungkan dengan chassis mobil.
Remote turn on/off berfungsi sebagai kabel kontrol untuk mematikan dan menyalakan power, yang dikontrol dari Head Unit.

3.RCA or High Level terminal Input.
Fungsi dari terminal ini adalah sebagai penghantar sinyal audio dari Head Unit ke Amplifier. Biasanya melalui kabel interconnect atau RCA. Kualitas dari kabel ini sangat penting, karena kabel yang baik dapat menghantarkan sinyal suara dengan baik, sebaliknya kabel yang kurang baik akan merusak suara juga.
High Input speaker terminal dipergunakan apabila tidak terdapat output RCA ( low level ) pada HU anda. Ada pula terminal khusus seperti pada product satu merk amplifiers yang memakai connector Symbilink, untuk memudahkan kita dalam menyetel power tersebut dengan memakai PC atau notebook.

4.Speaker Output Connector.
Terminal ini adalah sebagai terminal keluarnya sinyal yang telah diperkuat. Biasanya terdiri dari terminal dengan tanda plus (+) dan minus (-) . Ada pula petunjuk khusus untuk membuat power bekerja dengan kondisi mono (bridged).

5.Crossover section.
Banyak power amplifier dewasa ini telah diperlengkapi dengan crossover aktif. Jadi amp tersebut dapat dipergunakan denagn beberapa konfigurasi, untuk amplifier subwoofer (LPF) ,full range ( filter/tapis tidak dipergunakan) dan untuk midbass( HPF).

6.Gain section
Fungsi dari gain tersebut adalah mengatur agar sinyal yang masuk sesuai dengan input sensitivity dari Power Amplifier tersebut.Biasanya range sensitivity dari power amp sewasa ini adalah dari 2 -5 volts.Biasa disebut juga dengan Output sensitivity.

7.Fuse
Amplifier yang baik harus diperlengkapi dengan sekring, sekring ini dapat berupa AGU fuse, atau bentuk sekring lainnya.Ampere sekring disesuaikan dengan daya max yang dapat dikeluarkan.

Sabtu, 21 November 2009

Mengenal Head Unit

Head Unit
Sebuah head unit berfungsi sebagai sumber suara dalam sistem audio. Tentu saja pasokan listrik yang masuk harus bersih dan konstan untuk menjamin kualitas suara yang dihasilkan. Sebagai media pemutar, daya yang dibutuhkan maksimum hanya 5 Ampere atau sekitar 60 Watt.

Tentu saja konsumsi tersebut belum termasuk konsumsi power amplifier yang terintegrasi. Dengan spesifikasi 4 x 25 Watt, konsumsi yang dibutuhkan head unit ini bisa melonjak menjadi 10 Ampere.

Memilih head unit memang tak semudah membalikkan telapak tangan
Selain kebutuhan yang ingin terpenuhi, ketersediaan dana serta kualitas suara yang ingin dihasilkan pun menjadi
bahan pertimbangan

Tentukan dulu sistem audio seperti apa yang dibutuhkan
Apakah sekedar mendengarkan lagu atau hingga car entertainment
Bila sekedar mampu mendendangkan lagu, head unit single din sudah lebih dari cukup memenuhi kebutuhan
Tetapi jika car entertainment yang dikejar, maka opsi penggantian ke double din wajib hukumnya

Jika menggunakan produk asal Taiwan maka musti ditunjang Power yang bagus, supaya aliran suara ke sub woofer , speaker dan tweeter mampu diatur dengan baik
Biasanya merek Cina belum ada pengaturan suara yang bagus

Bila ingin membangun sebuah sistem audio bertema car entertainment, head unit double din menjadi piranti wajib.
Pada sistem seperti ini biasanya konsumen ingin di mobilnya bisa denger musik, nonton film, bahkan bermain game.
Head unit model seperti ini fasilitas setting suaranya sudah lengkap.
Selain itu juga tuner TV-nya sudah cukup baik.

Penjelasan perbedaan berbagai merk Head Unit :

*) Alpine / Clarion bagusnya untuk mendengarkan Audiophile atau pengemudi yang suka mendengarkan sound detail / quality. Bisa saja dipakai untuk mendengerkan musik yang kadang disebut berisik atau " jedang jedung", tapi mungkin feelnya kurang bagus jika digunakan untuk tujuan ini. Alpine dinamika suaranya lebih powerfull, suara terkesan lebih transparan dan detail, tetapi juga memiliki high frekuensi yang cenderung kaku.

*) Pioneer lebih condong di teknologi suara, cocoknya di SPL ( Sound Pressure Level ) atau yang suka "jedang jedung".
Untuk dua aliran ( SPL atau SQ ), merek ini cukup fleksibel karena lumayan cocok untuk SQ ( Sound Quality ) apalagi SPL. Pioneer dinamika suaranya terbatas, suara terkesan lembut dan terdengar lebih halus.

*) Sony, biasanya untuk orang yang lebih senang mendengar suara tengah & suara tinggi yg cukup powerfull.
Bagi fanatik Sony atau penikmat musik beraliran SQ, merek ini cukup diminati karena memang Sony lebih condong ke detail mid & high sementara low hanya sebatas peran pembantu saja.

*) JVC saya no comment, karena dari segi kualitas suara & fitur sepertinya biasa2 saja hanya mungkin menggunakan komponen yang bagus sehingga tahan lama ( tidak cepat rusak seperti merek2 china / taiwan). Hanya saja yang paling diacungi jempol untuk merek ini adalah ketahanan komponen - komponennya sehingga jarang komplen dari pengguna JVC ( kecuali rusaknya karena korslet atau kebanting).

Tapi sekali lagi, untuk perbandingan, maka digunakan Head Unit yang sekelas / 1 level, mengingat banyaknya tipe yang ada di pasaran.

Sistem kelistrikan pada audio mobil

Kelistrikan mobil merupakan salah satu penunjang kualitas suara yang akan dihasilkan sistem audio. Bahkan sistem ini menyedot daya paling besar ketimbang sistem penunjang lainnya yang ada di dalam mobil Pemasangan yang baik dan benar juga berfungsi mencegah adanya kebocoran arus.

Pernahkah Anda menghitung daya yang tersedot sistem tata suara mobil? Apakah konsumsi listrik yang dibutuhkan head unit berikut power amplifier bisa dipenuhi oleh aki dan alternator mobil Anda? Sebenarnya inilah pertanyaan pertama yang harus dijawab sebelum melakukan instalasi sebuah sistem audio. Walaupun kenyataannya Anda bisa menyerahkan tugas ini kepada pihak instalatur.

Mobil-mobil baru umumnya memiliki alternator dengan kapasitas minimum 70 Ah dan aki dengan kisaran 40 Ah sampai 55 Ah. Konfigurasi ini sebenarnya sudah cukup untuk menyuplai tenaga untuk head unit, prosesor suara, dan sebuah power amplifier sebagai penggerak sepasang speaker split dan sebuah subwoofer. Namun sejauh mana sistem tata suara ini menyedot daya dari sistem kelistrikan mobil?

Pada umumnya, sistem audio mobil yang berorentasi pada kualitas suara tidak perlu menghawatirkan konsumsi daya yang melebihi kapasitas alternator. Mobil-mobil baru saat ini sudah menggunakan alternator besar atau kapasitasnya di atas 70 Ampere. Bahkan mobil-mobil eropa memiliki kapasitas alternator minimum 100 Ampere.

Komponen - komponen kelistrikan :

1. Sekring
Pemasangan sekring harus diperhitungkan sesuai kebutuhan. Usahakan menempatkan sekring utama (main fuse) dengan panjang kabel tidak lebih dari 30-40 cm atau sedekat mungkin dari aki.

Sementara sekring distribusi bisa diletakkan dekat perangkat lainnya. Jika menggunakan capasitor bank, letakkan sekring distribusi setelah perangkat ini. Itupun hanya jika sistem menggunakan lebih dari 2 power amplifier.

2. Kabel power
Ukuran kabel yang digunakan tergantung dari daya yang dibutuhkan. Tentunya semakin besar diameter kabel, semakin murni pula daya yang mampu diantarkan oleh kabel tersebut. Satuan dimensi kabel yang digunakan adalah AWG. Semakin kecil nilai AWG atau tahanan sebuah kabel, semakin besar pula daya yang mampu dihantarkannya.

Umumnya instalatur menggunakan kabel antara 8-4 AWG. Hal ini juga disebabkan karena kebutuhan sound quality dengan 2 power amplifier cukup menggunakan kabel berukuran 4 AWG. Tentunya semakin kecil nilai AWG tentunya semakin mahal harganya, juga semakin sulit dicari.

“Mengganti kabel ground pada aki juga wajib hukumnya,” jelas Utanto Wibowo, instalatur Elixir di bilangan Pantai Indah Kapuk. Ia menjelaskan bahwa kabel minus bawaan mobil sudah dirancang untuk menanggung sekring bawaannya. Jadi saat melakukan instalasi sistem audio mobil yang membutuhkan daya yang lebih besar, tentu saja kabel ini juga harus diperbesar, walaupun grounding di belakang sudah bagus.

3. Capasitor bank
Alat ini berfungsi memberikan suplai daya listrik instan sesuai kebutuhan power amplifier. Kapasitor mampu melakukan charge maupun discharge dalam waktu sesaat. Besaran sebuah kapasitor dihitung dalam satuan Farad. Semakin baik sebuah kapasitor, semakin capat pula ia dapat melakukan tugasnya dengan penurunan tegangan maksimum 0,1 Volt.

Sayang saat ini sangat sulit mendapatkan kapasitor murni berukuran 1 Farad. Banyak kapasitor yang beredar hanya berkapasitas ½ bahkan ¼ dari angka ini. Kalaupun ada, harganya hampir mencapai Rp 3 juta. Dengan harga ini Anda sudah dapat membeli sebuah power amplifier, 1 set speaker, atau bahkan sebuah head unit yang cukup baik.

Senin, 16 November 2009

AKUISISI DATA GPS UNTUK PEMANTAUAN JARINGAN GSM

Pemantauan jaringan pada jaringan Global System for Mobile Communications (GSM), dilakukan untuk memantau kualitas jaringan. Pada sistem pemantauan jaringan, pemetaan kualitas jaringan pada peta digital sangat diperlukan untuk kebutuhan analisa. Untuk menghasilkan sistem pemantauan jaringan yang akurat, handal, dan efisien, dibutuhkan sebuah perangkat lunak yang bisa melakukan akuisisi data posisi dari GPS, dan menggabungkan data posisi dengan data kualitas jaringan. Program akuisisi data GPS untuk implementasi pemantauan jaringan GSM merupakan program yang bekerja untuk melakukan akuisisi data posisi GPS,
menyimpan data posisi ke dalam database, menggabungkan data posisi dengan data kualitas jaringan, dan menampilkannya ke dalam titik posisi pada peta digital.

Peranan peta digital dalam bidang komunikasi bergerak Global system for Mobile Communications (GSM) sangat penting, salah satunya pada sistem pengukuran dan kinerja jaringan GSM ’(Radis et al, 2007)’. Banyak jenis perangkat dalam bentuk sistem pengawas dan pengukur kinerja jaringan yang tersedia di pasaran , perangkat ini cukup akurat dan
telah terintegrasi dengan peta digital Geographic al Information System (GIS). Perangkat yang seperti ini memiliki harga yang cukup mahal, sehingga tidak setiap lembaga atau perguruan tinggi mampu membelinya. Beberapa produsen Mobile Station (MS) GSM telah melengkapi MS GSM dengan sistem pengawasan jaringan (www.panuworld.net, 2007). Sebagian besar di antaranya hanya menyediakan data tanpa penggabungan dengan peta digital karena keterbatasan perangkat keras dan perangkat lunak. Alternatif perangkat yang handal dan murah dapat menjadi alat bantu bagi para lembaga atau perguruan tinggi untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman praktis bagi mahasiswa dalam melakukan pengawasan jaringan GSM, sehingga dapat meningkatkan daya saing lulusan di bidang komunikasi bergerak.
Pada penelitian ini, penulis ingin memberikan solusi untuk mengatasi kekurangan dan keterbatasan dari perangkat yang hanya menyediakan data tanpa penggabungan dengan peta digital, dengan menghasilkan perangkat yang dapat melakukan akuisisi data dari GPS. Perangkat ini dapat memberikan solusi alternatif akan ketersediaan perangkat pengawasan dan pengukuran kinerja jaringan GSM yang lengkap dan ekonomis.


2.1 Sistem Navigasi GPS
GPS adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi dengan menggunakan satelit navigasi yang dimiliki dan dikelola oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Awaluddin, 2007). Nama formal dari GPS adalah NAVSTAR GPS (Navigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning System). Sistem ini digunakan untuk memberikan informasi mengenai posisi, waktu dan kecepatan secara global tanpa ada batasan waktu dan cuaca. Satelit GPS pertama kali diluncurkan pada tahun 1978. Sistem GPS dinyatakan operasional pada tahun 1994. Sistem GPS tediri atas tiga segmen utama, yaitu segmen satelit (space segment), segmen sistem kontrol (control system segment), dan segmen pengguna (user segment) (Awaluddin, 2007; wikipedia.org, www.coremap.or.id). Gambar 2 menunjukkan segmen penyusun GPS.
a. Segmen Satelit
Segmen satelit adalah satelit GPS yang mengorbit di angkasa sebagai stasiun radio
(Awaluddin, 2007). Satelit GPS dilengkapi antena untuk mengirim dan menerima gelombang.
Gelombang dipancarkan ke bumi dan diterima oleh receiver GPS yang ada di bumi dan digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan, dan waktu. Satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati 6 bidang orbit dengan periode orbit 10 jam 58 menit, pada ketinggian ± 20.200 km di atas permukaan bumi (www.coremap.or.id). Pada setiap waktu, paling sedikit 4 satelit dapat kita amati di setiap lokasi di permukaan bumi. Hal ini memungkinkan pengguna GPS untuk dapat menghitung posisi mereka di permukaan bumi.





Gambar 2. Segmen Penyusun GPS
(
http://www.coremap.or.id/)
b. Segmen Sistem Kontrol
Segmen sistem kontrol GPS adalah otak dari GPS (Awaluddin, 2007). Tugas dari segmen sistem kontrol adalah mengatur semua satelit GPS yang ada agar berfungsi sebagaimana mestinya serta mengirimkan beberapa informasi seperti sinkronisasi waktu, prediksi orbit satelit, informasi cuaca di angkasa dan monitor kesehatan satelit. Pihak Amerika Serikat mengoperasikan sistem ini dari Sistem Kontrol Utama di Falcon Air Force Base di Colorado Springs, Amerika Serikat. Segmen sistem kontrol ini juga termasuk 4 stasiun monitor yang
berlokasi menyebar di seluruh dunia.
c. Segmen Pengguna
Segmen pengguna adalah para pengguna satelit GPS, dalam hal ini receiver GPS yang dapat
menerima dan memproses sinyal yang dipancarkan oleh satelit GPS. Receiver GPS yang dijual di pasaran saat ini cukup bervariasi, baik dari segi jenis, merek, harga, ketelitian yang diberikan, berat, ukuran maupun bentuknya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan receiver GPS, yaitu antara lain berdasarkan fungsi, data yang direkam, jumlah kanal ataupun penggunaannya. Secara sederhana receiver GPS untuk penentuan
posisi dapat dibedakan tiga jenis, yaitu tipe navigasi, tipe pemetaan, tipe geodetik (Awaluddin, 2007). Receiver GPS tipe navigasi yang sering juga disebut tipe genggam (handheld receiver) mempunyai ketelitian yang lebih rendah dibandingkan tipe pemetaan dan geodetik (sampai orde 10m – 100m). Receiver tipe pemetaan dapat memberikan ketelitian posisi hingga orde 1m – 5m. Sedangkan receiver tipe geodetik adalah tipe yang paling dapat memberikan ketelitian posisi yang lebih tinggi hingga orde mm.

2.2 Penentuan Posisi GPS
GPS dapat menentukan posisi berdasarkan pengamatan jarak antara receiver GPS dengan
beberapa satelit GPS (Sillhouete, 2007). Prinsip penentuan posisi GPS ditunjukkan oleh Gambar 3. Titik A, B, dan C adalah satelit GPS dan titik D adalah receiver GPS. Mula – mula dilakukan
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN:1907-5022
Yogyakarta, 20 Juni 2009 G-22 pengukuran terhadap jarak dari receiver GPS dengan
satelit A, setelah itu jarak dari receiver GPS dengan satelit B, kemudian jarak dari receiver GPS dengan satelit C. Dengan menggabungkan data jarak dan posisi tiga satelit sebagai referensi, posisi dari receiver GPS dapat diketahui.



Gambar 3. Prinsip Penentuan Posisi GPS
(Sillhouete, 2007)


Untuk dapat menghitung koordinat receiverGPS, paling sedikit harus ada 4 satelit yang teramati (Awaluddin, 2007). Posisi yang diberikan oleh GPS adalah posisi 3 dimensi (x, y, z ataupun ϑ, λ, h).

Kesimpulan yang dapat diambil dari program akuisisi data GPS untuk implementasi pemantauan jaringan GSM adalah :
a. Program pemantauan akuisisi data GPS untuk implementasi pemantauan jaringan GSM sudah
berhasil dibuat dan dapat dijalankan dengan baik.
b. Program akuisisi data GPS untuk implementasi pemantauan jaringan GSM dapat menjalankan beberapa program pilihan dari Menu Utama yaitu Network Monitoring dan Analyzer.
c. Saat GPS kehilangan satelit, data posisi yang diberikan adalah data posisi terakhir sebelum
GPS kehilangan satelit.
d. Saat GPS kehilangan satelit, error data posisi GPS menjadi tidak terhingga.
e. Akuisisi data posisi hanya dapat dilakukan dengan GPS merk Garmin.
f. Ketepatan titik posisi yang ditampilkan tergantung dari keakuratan peta dan keakuratan
data posisi GPS.
g. Berdasarkan pengamatan pada saat pengambilan data, nilai keakuratan data posisi GPS adalah ± 7 meter sampai ± 29 meter.
h. Pada saat pengambilan data dilakukan tidak bergerak pada satu posisi saja selama beberapa
waktu, titik posisi akan ditampilkan dalam beberapa titik posisi.
5.2 Saran
Saran-saran bagi pengembangan program berikutnya adalah :
a. Perlunya pengembangan agar akuisisi data dapat dilakukan pada semua jenis dan merk GPS, tidak terbatas hanya pada GPS dengan merk Garmin.
b. Perlunya membuat program yang lebih efisien dan akurat dengan memperbaiki protokol
komunikasi data dan penggunaan komponen yang efisien.


Dandy Firdaus1, Damar Widjaja2
1,2Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma
Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman 55282
Telp. (0274)882027 ext. 2226, Faks. (0274) 886529
E-mail: 1dandy_bonesex@yahoo.com, 2damar@staff.usd.ac.id
ABSTRAK

SISTEM PEMANTAUAN IDENTITAS JARINGAN GSM

Evolusi teknologi komunikasi bergerak GSM yang mengarah ke konvergensi berbagai layanan
mempunyai banyak permasalahan yang mengiringinya. Peningkatan jumlah pengguna dan
jenis layanan akan semakin membebani jaringan jika kapasitas dan kinerja jaringan tidak dioptimalkan. Otimisasi kinerja jaringan akan menjaga kualitas layanan yang dituntut pengguna (Pursley, 1977). Banyak jenis perangkat/sistem pengawas dan pengukur kinerja jaringan yang tersedia di pasaran untuk membantu melakukan optimisasi kinerja jaringan (www.agilent.com, 2001). Perangkat ini cukup akurat, sehingga memenuhi kebutuhan para tenaga profesional yang bekerja pada industri komunikasi bergerak, seperti operator, konsultan, kontraktor, maupun badan pemerintah. Harga perangkat cukup mahal, sehingga tidak setiap lembaga mampu membelinya (Krarup, 1998). Di sisi lain, kebutuhan tenaga profesional di bidang komunikasi bergerak semakin meningkat, tetapi penyiapan calon tenaga profesional kurang memadai.

Perangkat pengawas dan pengukur kinerja jaringan akan sangat membantu dalam menyiapkan
calon tenaga profesional untuk memasuki dunia kerja di bidang komunikasi bergerak. Penelitian ini akan memberikan alternatif perangkat yang handal dan murah bagi para lembaga atau perguruan tinggi untuk dapat meningkatkan daya saing lulusan di bidang komunikasi bergerak.


2.1 Cell Global Identity (CGI)
CGI adalah sebuah identititas yang unik dari beberapa cell dalam suatu jaringan seluler. Sebuah
CGI untuk sebuah cell bersifat unik. Tidak akan ada 1 CGI yang dipakai oleh 2 atau lebih cell yang berbeda di seluruh dunia (dusunlaman.blog.com, 2007).

CGI terdiri dari:
1. Local Area Code (LAC)
LAC adalah sebuah identitas yang digunakan untuk menunjukkan kumpulan beberapa

cell. Sebuah PLMN tidak boleh menggunakan 1 LAC yang sama untuk 2 cell group yang
berbeda. Sebuah LAC dapat digunakan dalam 2 atau lebih BSC yang berbeda, dengan syarat
masih dalam 1 MSC yang sama. Informasi lokasi LAC terakhir dimana sebuah MS berada
akan disimpan di VLR dan akan diperbaharui apabila MS tersebut bergerak dan memasuki
area dengan LAC yang berbeda (Heine, 1998).
2. Mobile Country Code (MCC)
MCC adalah identifikasi suatu negara dengan menggunakan 3 digit (Heine, 1998). Tiga digit

MCC ini merupakan bagian dari format penomoran IMSI, dimana secara total IMSI terdiri dari
15 digit.
3. Mobile Network Code (MNC)
MNC adalah 2 digit identifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah jaringan

bergerak (Mouly dan Pautet, 1992). Kombinasi antara MCC dan MNC akan selalu menghasilkan
sebuah kode yang unik di seluruh dunia. MNC ini juga digunakan di penomoran IMSI. Tabel 1
menunjukkan MNC untuk beberapa operator selular di dunia.
4. Cell Identity (CI)
CI merupakan identitas sebuah cell dalam jaringan seluler. Dalam sebuah PLMN, CI yang
sama dapat digunakan untuk 2 atau lebih cell yang berbeda, asalkan dalam LAC yang berbeda
Secara keseluruhan CGI dapat dipahami sebagai satu kesatuan identitas dalam format penomoran


2.2 Time Advance
Timing Advance (TA) adalah parameter yang menunjukan seberapa jauh jarak antara sebuah MS
dengan BTS (Heine, 1998). Nilai TA juga akan sebanding dengan waktu yang dibutuhkan oleh
sebuah sinyal yang dipancarkan MS akan diterima oleh BTS. Karena jarak MS ke BTS berbeda-beda, waktu sebuah MS diijinkan untuk mengirimkan sinyal ke BTS dalam sebuah time slot harus diatur secara tepat. TA adalah parameter yang digunakan dalam proses pengaturan ini.
2.3 Logical Channel
Kanal logika dibagi menjadi dua tipe yaitu:
Traffic Channel dan Signaling Channel
(www.archive.org)
a. Traffic Channel (TCH) digunakan untuk mengirimkan code speech dan data informasi
dari MS . Ada dua bentuk Traffic Channel yang Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2009 (SNATI 2009) ISSN:1907-5022 Yogyakarta, 20 Juni 2009 G-28 didefinisikan sebagai Full Rate Traffic Channel dan Half Rate Traffic. Full Rate Traffic yaitu Traffic Channel yang mengirimkan code speech pada air interface dengan kecepatan 13 kbit/s dan 9,6 kbit/s untuk data informasi. Half Rate Traffic Channel yaitu Traffic Channel yang mengirimkan code speech pada air interface dengan kecepatan 6.5 kbit/s dan 4.8 kbit/s untuk data informasi.
b. Signaling Channel digunakan untuk pensinyalan dari MS ke BTS. Signaling Channel dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu (Trevisani dan Vitaletti,_____): o Broadcase Control Channel (BCCH)
Kanal ini digunakan untuk sinkronisasi dan mengirimkan data khusus dari BTS ke MS
(downlink). BCCH ini dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
- Frequency Correction Channel (FCCH)
Kanal ini bertugas untuk mengawasi ketepatan frekuensi agar bisa berkomunikasi dengan MS.
- Synchronization Channel (SCH)
Kanal ini bertugas untuk melanjutkan kerja dari FCCH setelah bersinkronisasi dengan MS, selanjutnya dilakukan checking procedure untuk memeriksa informasi yang berisi Base Station
Identification Code (BSIC), TDMA frame, dan Broardcase Control Channel (BCCH) yang berisi informasi mengenai cell mana yang akan menjadi surfing cell. SCH digunakan pada saat Channel
Combination, Frequency Hopping, dan Cell Identification.

- Commond Control Channel
Kanal ini digunakan untuk pengontrolan akses dari BTS atau dari MS yang bekerja
pada up link frequency dan down link frequency. Kanal ini dibagi menjadi
beberapa bagian penting yaitu:
􀂃 Paging Channel
Kanal ini digunakan untuk proses call dari BTS ke MS yang bekerja pada
down link frequency.
􀂃 Random Access Channel (RACH)
Kanal ini digunakan untuk permohonan Signaling Channel dari jaringan.
􀂃 Access Grant Channel (AGCH)
Kanal ini bekerja pada saat proses Signaling Channel oleh BTS untuk MS.
o Dedicated Control Channel (DCCH)
Kanal ini dibagi menjadi 3 kanal penting yaitu:
􀂃 Stand Alone Dedicated Control
Channel (SDCCH)
􀂃 Slow Associated Control Channel
(SACCH)
􀂃 Fast Associated Control Channel
(FACCH)

3. PERANCANGAN
Perangkat lunak ini terdiri dari dua bagian, yaitu Network Monitoring dan Analyzer. Network
Monitoring berfungsi untuk mengakuisisi seluruh data Identitas jaringan GSM pada handset ke dalam Database dan menampilkan data tersebut secara real time. Analyzer berfungsi melakukan proses loading data Identitas dari Database, kemudian mengolahnya dan ditampilkan dalam tampilan yang user friendly.


Kesimpulan yang dapat diambil dari program pemantauan identitas pada jaringan GSM adalah :
a. Program pemantauan identitas pada jaringan GSM sudah berhasil dibuat dan dapat bekerja
dengan baik karena mampu menampilkan parameter utama identitas jaringan GSM.
b. Kecepatan penyimpanan data masih kurang cepat karena terkadang masih ada data yang
tersimpan dengan jeda waktu yang cukup lama.


Dedi Saut Martua Gultom 1, Damar Widjaja 2
1,2Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma
Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman 55282
Telp. (0274)882027 ext. 2226, Faks. (0274) 886529
E-mail: 1dedigultom@gmail.com, 2damar@staff.usd.ac.id

INTERWORKING 3RD GENERATION NETWORK (3G), WIRELESS LOCAL AREA

Teknologi telekomunikasi berkembang sangat pesat dengan dimulainya komunikasi analog
hingga saat ini menjadi komunikasi digital dengan peningkatan layanan multimedia. Demikian juga dengan teknologi informasi yang juga semakin pesat dari mulai pengolahan dan pengiriman data hingga saat ini menjadi suatu perangkat multimedia yang handal dan mampu mengirimkan data multimedia dengan kecepatan yang tinggi. Kedua teknologi tersebut bersaing satu sama lain untuk memperebutkan pasar penggunaan hardware dan software di dunia ini. Orang awam mulai susah membedakan kedua teknologi tersebut karena beberapa hardware dan software yang dipasarkan sudah mengadopsi kedua teknologi tersebut walaupun basis utamanya masih berpegang pada teknologi awal yang dipakai. Contohnya penggunaan teknologi telekomunikasi 3G dengan mobilitas yang sangat tinggi mampu mengirimkan data dengan kecepatan yang cukup tinggi mencapai kilo bit perdetik dan juga telah dilengkapi dengan fasilitas internet, multimedia dan video call. Demikian juga dengan teknologi informasi dengan kecepatan pengiriman data yang sudah sangat tinggi mencapai satuan giga bit perdetik dan juga
kemampuan pengolahan multimedia yang baik sudah mulai dapat meningkatkan mobilitasnya
melalui teknologi Wireless Local Area Network (WLAN) dan Wireless Metropolitan Area Network (WMAN). Dari segi bisnis memang beberapa tahun terakhir ini teknologi telekomunikasi lebih baik dibandingkan teknologi informasi. Namun dengan adanya peningkatan teknologi WLAN dan WMAN dari segi mobilitas dan pengolahan data dan multimedia yang jauh lebih baik, teknologi informasi mulai menjelma menjadi suatu peluang bisnis yang mampu bersaing dengan teknologi telekomunikasi, bahkan mungkin beberapa tahun kedepan teknologi informasi lebih dominan dibandingkan teknologi telekomunikasi. Atas dasar aspek-aspek mendasar diatas itulah akan dibahas mengenai perbandingan kedua teknologi tersebut diatas, kelemahan dan keunggulannya, serta integrasi kedua teknologi tersebut dan juga dari aspek layanan yang mungkin bisa dikembangkan.

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI WIRELESS
Teknologi wireless memiliki fleksiblitas,mendukung mobilitas, memiliki teknik frequency reuse, selular dan handover, menawarkan efisiensi dalam waktu penginstalan dan biaya pemeliharaan, mengurangi pemakaian kabel dan penambahan jumlah pengguna dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
1. Wireless Local Area Network (WLAN)
Dengan semakin bertambahnya pemakaian komputer, semakin besar kebutuhan akan
pentransferan data dari satu terminal ke terminal lain yang dipisahkan oleh satuan jarak dan semakin tinggi kebutuhan akan efisiensi penggunaan alat-alat kantor (seperti printer dan plotter) dan waktu perolehan data base, maka semakin tinggi pula kebutuhan akan suatu jaringan yang Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyakarta, 16 Juni 2007 C-104 menghubungkan terminal-terminal yang ingin
berkomunikasi dengan efisien. Jaringan tersebut dikenal dengan Local Area Network (LAN) yang biasa memakai kabel atau fiber optik sebagai media transmisinya. Sesuai perkembangan karakteristik masyarakat seperti yang telah disebutkan di atas maka LAN menawarkan suatu alternatif untuk komputer portabel yaitu wireless LAN (WLAN). WLAN menggunakan frekuensi radio (RF) atau infrared (IR) sebagai media transmisi. Dengan adanya berbagai merek perangkat keras dan lunak, maka diperlukan suatu standar, di mana perangkat-perangkat yang berbeda merek dapat difungsikan pada perangkat merek lain. Standar-standar WLAN adalah IEEE 802.11, WINForum dan HIPERLAN. Wireless Information Network Forum (WINForum) dilahirkan oleh Apple Computer dan bertujuan untuk mencapai pita Personal Communication Service (PCS) yang tidak terlisensi untuk aplikasi data dan suara.. High Performance Radio Local Area Network (HIPERLAN) dilahirkan oleh European Telekommunications Standards
Institute (ETSI) yang memfokuskan diri pada pita 5.12-5.30 GHz dan 17.1-17.3 GHz. IEEE 802.11 dilahirkan oleh Institute Electrical and Electronics Engineer (IEEE) dan berfokus pada pita ISM dan memanfaatkan teknik spread spectrum (SS) yaitu Direct Sequence (DS) dan Frequency Hopping (FH), standar ini yang paling banyak dipakai sekarang.

2. Wireless Metropolitan Area Network (WMAN)
Teknologi WMAN sebenarnya mirip dengan teknologi WLAN, hanya berbeda dari segi
jangkauan dan mobilitas.Wimax adalah salah satu teknologi WMAN. WiMAX merupakan nama
populer dari IEEE 802.16 yang juga dikenal sebagai Air Interface for Fixed Broadband Wireless Access Systems, sebuah standar teknologi jaringan tanpa kabel (wireless) yang saat ini tengah dikembangkan. Sejak awalnya, WiMAX didesain agar memiliki kompatibilitas dengan standar jaringan Eropa. Bila dibandingkan Bluetooth atau WiFi, WiMAX memiliki daya jangkauan yang jauh lebih luas yaitu mencapai 30 mil (sekitar 50km). Sedangkan Bluetooth hanya 30 kaki (10m) dan WiFi 100 kaki (30m). WiMAX juga dapat beroperasi pada frekuensi 2.5, 3.5, atau 5.8GHz. Frekuensi ini lebih tinggi dari pada frekuensi yang digunakan pada teknologi 3G.
Pada dasarnya, WiMAX beroperasi dengan cara yang mirip seperti WiFi, hanya saja memiliki
kecepatan yang jauh lebih tinggi, jarak yang lebih luas dan jumlah pengguna yang dapat memanfaatkan jaringan ini jauh lebih besar. Sebuah sistem WiMAX terdiri dari dua bagian yaitu antena pemancar WiMAX dan receiver (penerima) WiMAX. Antena pemancar WiMAX memiliki konsep yang sama dengan pemancar ponsel. Namun dapat menguasai wilayah hingga 8.000 km persegi. Receiver WiMAX dapat dibuat dalam bentuk sebuah kotak kecil atau dimasukkan dalam kartu PCMCIA dan ponsel. Salah satu perusahaan yang sangat tertarik dalam pengembangan WiMAX ini adalah Intel. Intel bahkan membantu mengembangkan standar untuk WiMAX atau 802.16. Intel tertarik pada WiMAX ini karena meyakini produktifitas seseorang pada masa
yang akan datang semuanya berhubungan dengan mobilitas atau dapat diakses di mana saja. Begitu tersedia layanan wireless, akan terjadi peningkatan pengguna notebook hingga 30%.
Dalam 5 hingga 10 tahun ke depan perindustrian akan beralih ke wireless untuk meningkatkan produktifitasnya. WiMAX akan menjadi media untuk membawa jaringan wireless berkecepatan tinggi ke rumah-rumah maupun perkantoran. Biaya pemasangan infrastruktur berbasis 802.16 juga jauh lebih murah dibandingkan dengan biaya pemasangan menggunakan kabel yang lebih rumit. Dengan alasan inilah WiMAX menjadi solusi yang cukup efektif untuk melayani koneksi secara wireless dalam wilayah Metropolitan Area Networks (MAN) secara wireless (WMAN), termasuk juga wireless LAN (WLAN) dan wireless WAN(WWAN).
Saat ini perangkat WiMAX sedang diproduksi secara masal untuk keperluan backbone pada jaringan teknologi informasi. Memang WiMAX diyakini sangat berguna untuk jaringan komputer seperti perusahaan-perusahaan yang memiliki banyak cabang, operator telekomunikasi, maupun para penyelenggara jasa internet (PJI) atau Wireless Internet Service Provider (WISP).

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pemaparan tersebut diatas adalah sebagai berikut:
1. Di masa depan, kebutuhan manusia akan komunikasi wireless berkembang pesat, yaitu
komunikasi wireless yang murah dan cepat untuk pengiriman voice, data dan multimedia.
2. Integrasi antara WLAN, WMAN dan WWAN merupakan hal yang tidak dapat dihindari lagi
dan dapat merupakan solusi untuk komunikasi voice, data dan multimedia yang cepat dan
murah di masa depan.

Imam Rozali
Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Widyatama,
Jl. Cikutra 204A; Telp./Fax. +62–22–7278860
e-mail: imam_r@widyatama.ac.id, imam_rz@yahoo.com

Aplikasi Wideband CDMA pada Jaringan GSM

Abstraksi
Teknologi akses UMTS (Universal Mobile Telecommunications System) yang digunakan saat ini masih dalam perencanaan. Salah satu teknologi akses yang diproposalkan adalah sistem Wideband CDMA (W-CDMA) yang saat ini masih dalam pengetesan yang dilakukan oleh CODIT (Code Division Testbed) yang beranggotakan manufaktur–manufaktur di bidang telekomunikasi yang dipimpin oleh Ericsson. Salah satu sistem mobile yang paling banyak digunakan saat ini adalah GSM (Global System For Mobile Communication) yang berbasis TDMA dan langkah awal penerapan sistem UMTS pada jaringan eksis GSM adalah dengan digunakannya teknik dual mode pada struktur Abis interface BSS (Base Stasion Subsystem) dari jaringan GSM.
Evolusi GSM ke UMTS
UMTS(Universal Mobile Telecommunication Access) adalah sistem mobile communication generasi ketiga yang diharapkan sistem ini telah mampu melayani servis – servis sampai 2 Mbps dan pada frekuensi sekitar 2 GHz. Sistem UMTS yang diproposalkan dibangun dari infrastruktur sistem – sistem mobile yang ada saat ini seperti GSM, AMPS, PDC, PCS dan lain – lain yang berevolusi menuju sistem UMTS. Sistem akses yang diskenariokan pada sistem UMTS adalah W-CDMA karena mempunyai banyak kelebihan yaitu :
Evolusi pada GSM diawali dengan GSM 900, GSM 1800, GSM 1900 kemudian yang dikenal sebagai GSM + dan GSM 2+ dan akhirnya menuju ke sistem universal akses (UMTS). Langkah awal penerapan UMTS pada infrastruktur GSM adalah menambah interface tertentu sebagai penghubung antara GSM BSS (Base stasion Subsystem) dengan jaringan W-CDMA sehingga pada jaringan UMTS akan terjadi dualmode W-CDMA/GSM terminal. Dengan sifat dualmode pada terminal ini dapat memberikan solusi yang fleksibel pada operator GSM dengan pembagian spektrum frekuensi yang baru yaitu GSM untuk voice dan data dengan laju yang rendah sedangkan UMTS untuk data dengan laju yang tinggi.
Sistem Wideband CDMA
Sistem W-CDMA adalah teknologi multiple akses dengan menggunakan modulasi DS – SS yang dapat menyediakan fasilitas pengaksesan user ke jaringan PSTN (Public Switched Telephone Network) dan dapat mengirimkan servis – servis transport voice, data, facsmile dan servis multimedia. Teknologi ini berbeda dengan teknik akses radio konvensional yang menggunakan teknik pembagian bandwidth frekuensi yang tersedia ke kanal narrow atau ke dalam time slot. Teknologi W-CDMA dalam mengakses data dilakukan secara terus menerus selebar bandwidth tertentu (5 - 15 MHz). Untuk membedakan masing–masing servis seperti telepon, facsmile, data atau multimedia maka digunakan kode– kode tertentu yang saling berkorelasi untuk masing – masing servis dan dipenerima akan digunakan kode–kode yang sama yang saling berkorelasi. Karena sistem W-CDMA ini merupakan pentransmisian pita lebar maka memiliki beberapa keuntungan yaitu :

  • Tahan terhadap interferensi
  • Memiliki kondisi multipath propagasi
  • Mempunyai efisiensi tinggi dan kapasitas tinggi bila diterapkan dalam konfigurasi multisel
  • Mempunyai kemampuan untuk melayani servis dengan laju data tinggi, servis ISDN, multimedia dan bandwidth on demand.
  • Mampu melayani servis dengan laju data yang tinggi sampai 384 Kbps untuk area luas dan 2 Mbps untuk area indoor.
  • W-CDMA dapat melayani servis – servis yang berbeda pada frekuensi carrier yang sama sehingga dapat dimanfaatkan untuk komunikasi multimedia.
  • Optimal bila digunakan pada transfer paket data
  • Tidak memerlukan sinkronisasi antar BTS dan memiliki infrastruktur cost yang rendah
    Mampu mendukung antena array adaptive, deteksi multiuser dan mempunyai hirarki struktur sel.
  • 100 voice panggilan per RF carrier dengan 8 Kbps codec
    50 paket data user per RF carrier pada 384 Kbps
  • Mempunyai frekuensi sesuai wideband RF carrier serta kontrol daya lebih akurat
  • Demodulasi koheren pada kanal uplink dan downlink.

Sistem W-CDMA dapat mereduksi fading karena sinyal W-CDMA ditebar dalam bandwidth yang lebar (5-15 MHz). Pada range frekuensi 1800 – 2000 MHz akan menghasilkan fluktuasi sinyal fading selebar 1 –2 MHz.Bandwidth fading ini disebut sebagai coherence bandwidth. Sehingga dalam sistem CDMA harus ada cadangan fading yang harus dilebihi. Dalam sinyal W-CDMA ini terdapat sebagian sinyal yang terdegradasi akibat mutipath fading sehingga diperlukan teknik pemrosesan sinyal untuk mengantisipasi degradasi sinyal. Aplikasi dari komunikasi spread spectrum adalah pada komunikasi militer dimana teknik ini tahan terhadap jamming dan tipis kemungkinan untuk dimasuki noise. Selain itu teknologi W-CDMA saat ini sudah diaplikasikan secara komersial pada sistem tertentu karena kelebihannya yang menahan frekuensi dari sistem lain dan dapat mereduksi interferensi dari sistem lain yang menggunakan frekuensi yang sama. Sistem W-CDMA mampu mengirimkan servis – servis dengan laju data yang tinggi seperti high speed data atau fax, multimedia dan bandwidth on demand. Adapun kapasitas maksimum dari base stasion W-CDMA adalah:
dimana : Cmax =jumlahmaksimum panggilan RC = chip rate Rb = bit rate service Eb/No = SNR total per bit b = faktor interferensi inter sel (antar sel) Untuk membandingkan efisiensi sistem dalam menggunakan spektrum frekuensi untuk melayani servis – servis maka perlu diperhitungkan juga efisiensi trunking. Efisiensi trunking adalah perbandingan antara jumlah rata – rata panggilan terhadap jumlah maksimum panggilan (Jumlah panggilan yang memasuki sistem). Efisiensi trunking digunakan untuk mengukur keefisiensian dari sistem dan dapat mengetahui kapasitas relatif antara sistem wideband dan narrowband. Sistem W-CDMA merupakan sistem yang fleksibel terhadap operator jaringan. Karena pengaruh noise pada sistem W-CDMA akan mempengaruhi kapasitas, daya radiasi dan kualitas sinyal. Bila diasumsikan terdapat model path loss pada daya transmisi, maka kapasitas dan range dari sistem W-CDMA diberikan dari hubungan berikut : dimana : C/Cmax= perbandingan kapasitas terhadap kapasitas maksimum (kapasitas range 0) R/Rmax = perbandingan terhadap range maksimum (dalam satu user) g =konstantapropagasi eksponensial (= 3,5 untuk model hatta). Selain itu operator sistem dapat mengatur kapasitas dan servis sesuai dengan source codingnya. Sebagai contoh untuk mengimplementasikan servis voice dengan menggunakan voice coding yang dioperasikan pada setengah dari laju pengkodean 32 Kbits/s ADPCM. Dalam sistem W-CDMA mempunyai kefleksibelan terhadap kapasitas dan servis – servis yang dibawa. Kapasitas yang dapat dibawa untuk standar voice adalah : 64 Kbps ISDN, 64 Kbps untuk laju data yang tinggi atau 32 Kbps dengan laju pengkodean yang rendah dan VAD (Voice Activity Detection) dapat digunakan untuk menambah kapasitas. Dalam sistem W-CDMA menggunakan frekuensi reuse (N = 1) sehingga akan mengurangi kerumitan dalam perencanaan frekuensi dan penentuan cell site serta biaya yang lebih murah. Karena sifat kefleksibelannya maka W-CDMA dapat diimplementasikan pada daerah urban, suburban dan rural tergantung pada kepadatan user.
Aplikasi Wideband CDMA Pada Jaringan GSM Pada aplikasi penerapan sistem akses WideBand CDMA (W-CDMA) pada Abis interface jaringan eksis GSM (antara BSC dengan BTS). Penambahan sistem W-CDMA pada jaringan GSM akan menambah perangkat transceiver W-CDMA pada struktur Abis interface jaringan GSM yang dapat dimanfaatkan untuk layanan data kecepatan tinggi. Asumsi – asumsi yang digunakan :
Dual mode terjadi pada BSS (Base Stasion Sub Sistem) dan pada MS tidak terjadi dual mode
MSC telah mampu melayani 2 sistem (TDMA/W-CDMA)
Gambar 2 adalah konfigurasi Abis interface pada jaringan GSM. BSS terdiri dari BSC yang mengontrol satu atau lebih BTS yang berisi beberapa TRX (Transmitter Receiver). Abis interface mempunyai kemampuan mendukung 3 konfigurasi BTS internal yang berbeda yaitu :
Satu TRX.
Beberapa TRX yang semuanya dilayani oleh satu kanal fisik secara bersama.
Beberapa TRX yang masing – masing mempunyai kanal fisik.
Sedangkan BCF (Base Control Function) berfungsi mengatur fungsi common control antara transmitter dan receiver serta kanal fisik pada BTS. Dari gambar tersebut, penerapan dual mode W-CDMA pada Abis interface dilakukan dengan menambah perangkat TRX W-CDMA pada BSS yang proses transmisinya diatur oleh BSC. Sehingga secara umum diagram blok dual mode W-CDMA/TDMA seperti Gambar 4. Struktur kanal dual mode GSM/W-CDMA secara garis besar terdiri atas kanal kontrol, kanal data TDMA, kanal data W-CDMA. Kanal kontrol terdiri atas kanal kontrol sistem TDMA dan kanal kontrol sistem W-CDMA. Penerapan teknik dual mode W-CDMA pada jaringan GSM dilakukan dengan menambahkan addresing bit pada W-CDMA sebagai tanda frame W-CDMA, sehingga pada penerima MS atau BTS dapat mengidentifikasi frame–frame W-CDMA. Adanya field address akan diidentifikasi sebagai frame W-CDMA atau frame TDMA oleh BSC pada kanal uplink untuk pengolahan data serta mengirim ke MSC untuk keperluan routing, roaming dan lain-lain. Pada sistem TDMA (GSM) adanya field address akan mengubah algoritma pemrosesan data pada radio link. Dengan adanya penambahan addressing ini maka terjadi perubahan proses channel coding pada sistem GSM. Penambahan bit addressing adalah 3 bit sehingga output dari channel coding mempunyai bit rate (456+3)bit/20 ms = 22,95 kbps. Pada sistem W-CDMA terdapat field address sehingga akan mengubah algoritma channel coding dengan menambahkan field address setelah interleaving.
Daftar Pustaka
[1] Andrew J Viterbi, CDMA principles of spread spectrum communications, Addison wesley Wireless Communications series 1996 [2] Atsushi Fukasawa, Wideband CDMA System for Personal Communications, IEEE communications magazines, october 1996 [3] Bhawani Shankar, Mobilising The Third Generation, Telecommunications magazine, August 1997 [4] Lawrence H, Dual Mode Celluler, Steiner Publishing Co 1992 [5] Erricson Radio system AB, UMTS/IMT-2000 Experimental System Deskription, December 1997 [6] Ermanno Berruto, Architectural Aspect for The Evolution of Mobile Communications Toward UMTS, IEEE journal on Selected Area Communications Vol 15 no 8, October 1997 [7 ETSI TC-SMG, Digital Celluler Telecommunications System phase 2+ radio tranmission and reception, july 1996 [8] ETSI TC-SMG, European Digital Celluler Telecommunications System (phase 2) BSC-BTS Interface Principles, September 1994. q
Arfianto Fahmi, staf pengajar Jurusan Teknik Elektro STT Telkom Jl Radio Palasari, Dayeuh Kolot, Bandung

TEKNIK GELOMBANG RADIO


Gelombang mikro adalah gelombang radio dengan frekuensi antara 300 MHz – 30 GHz dan mempunyai panjang gelombang dalam ruang bebas antara 1cm-1m. Keuntungan menggunakan gelombang mikro [ frekuensi tinggi ]:
1.Secara relatif lebih mudah membuat suatu antena yang mempunyai arah yang tajam dan
penguatan yang tinggi.
2.Dapat dipergunakan utk penyaluran informasi dengan band frekuensi yang lebar tanpa
memperlebar specific band.
3.Karakteristik propagasi LOS stabil sehingga dapat menghasilkan sirkit dengan kwalitas tinggi.
4.Hampir tidak terpengaruh oleh gerisik luar dalam band frekuensi gelombang mikro.
Kriteria Transmisi Telepon
Kriteria transmisi telepon dinyatakan dengan mutu transmisi, sampai seberapa jauh mutu sinyal pembicaraan telepon dapat digelar dengan baik, hal ini di tentukankan oleh timbulnya gerisik dalam siste gelombang mikro, dan timbulnya gerisik berhubungan langsung penentuan standart penyaluran kanal.
Gerisik yang timbul pada sistem telepon:
1.Sesuai dengan rekomendasi CCITT bahwa antara pusat regional,gerisik terbagi sesuai dengan panjang sirkit dengan harga psophometric,panjang sirkit 2500 km dan jumlah noise power 10.000 pW.
2. Dalam seksi antara pusat regional dan stasiun terminal gresik .Untuk sistem jaringan radio FDM dengan kapasitas lebih dari 60 kanal daritelepon dengan Hypothetical Reference circuit ( HRC) 2500km, Hypothetical reference circuit (HRC) untuk penyaluran sinyal telepon FDM dengan kapasitas lebih dari 60 kanal telepon bagi tiap frekuensi radio.
1.Setiap harga rata-rata p.h psophometric harus tidak boleh melebihi 7.500pW.
2.harga rata-rata psophometric p.m harus tidak melebihi 7.500 pW selama waktu 20% dari sesuatu bulan.
3. Harga rata-rata psophometric p.m harus tidak melebihi 47.500 pW selama waktu 0,1% dari sesuatu bulan.
4. Gerisik non-psophometric harus tidak melebihi 1.000.000 pW dalam harga integral 5 ms selama waktu 0,01 % dari sesuatu bulan yang banyak mengalami fading. Standar Penyaluran Televisi Untuk penyaluran siaran program dari stasiun siaran TV ke stasiun-stasiun TV yang lain yang letaknya berjauhan diperlukan sirkit jaringan program Tv jarak jauh stasiun terminal ke stasiun terminal yang lain.Hal ini berguna untuk menghemat pembuatan program yang mahal akibat membuat program sendiri di tiap daerah.gelombamg mikro dapat memenuhi keperluan diatas,karena jaringan ini bagi sistem pengulangan jarak jauh dan keperluan sinyal dengan band frekuensi lebar.Untuk keperluan seluruh stasiun siaran TV biasanya saluran yang mengirimkan program tidak tentu,dan dengan demikian arah penyaluran akan berubah ubah.dengan demikian sangat diinginkan bahwa sirkit trunk untuk TV merupakan loop.Atas dasar struktur nyata dari sirkit trank TV tersebut maka mutu penyluran ditentukan sebagai berikut: Sesuai dengan rekomendasi CCIR dengan jarak 2.500 km (antara B dan C) yang menghubungkan 3 seksi video yang berjarak sama,dengan sirkit penghubung seksi sirkit lokal (hubungan short-houl) pada kedua ujungnya sebagai sirkit TV jarak jauh. Tetapi di jepang,dengan memperhatikan bentuk sirkit kerja yang nyata,HRC-nya,mempunyai 4-seksi jarak pendek,tanpa memperhatikan ketentuan jarak dan ditambahkan pula 4 pesawat untuk program switching pada seksi jarak jauhnya yang terdiri dari 3-seksi video dari keseluruhan jarak 2.500 km.Standar transmisi untuk HRC-nya,Grafik weighting bagi gerisik tak teratur yang terus menerus dan batas peredaman/karakteristik frekwensinya masing-masing.Pengaturan kanal Frekuansi RadioUntuk pengaturan kanal frekuensi radio ,CCIR memberikan rekomendasi.Agar dapat dilaksanakan penghubungan sirkit pada frekuensi radio pada perbatasan negara adalah sanagat penting untuk mengikuti rekomendasi ini.Tetapi rekomendasi ini tidak perlu membatasi pemakaianya pada sirkit yang hanya ada di dalam suatu negara,yang keseluruhanya di serahkan kepada kompetensi dari yang berwenang .Bagi jaringan perhubungan gelombang mikro di Jepang,yang sirkitnya dibangun sebelum adanya rekomendasi CCIR maka jaringannya tidak perlu sesuai dengan rekomendasi.

PERENCANAAN PENEMPATAN BASE STATION WCDMA DI DENPASAR

ABSTRAK
Pada awal abad 21 teknologi komunikasi wireless sudah memasuki generasi ketiga.Dimana teknologi
komunikasi saat tersebut harus memenuhi persyaratan diantaranya service yang bersifat global dan
portable.Melalui teknologi ini seseorang bisa melakukan: telepon,sms,mms,faximili,video conference,video
streaming dan koneksi internet dengan kecepatan tinggi.Menurut standar baik dari Eropa,Jepang maupun USA
maka teknologi diatas dikenal dengan istilah IMT-2000 atau UMTS (Universal Mobile Telecomunication
System).Dalam penelitian ini akan dibahas perencanaan dan analisa penempatan base station WCDMA di
Denpasar.
Dari sisi perencanaan kita bisa mengetahui perhitungan link budget pada arah uplink dan
downlink,perhitungan kapasitas trafik per sel, perhitungan radius sel dengan loading factor tertentu dan
banyaknya site yang diperlukan untuk mengcover area layanan.Dari sisi analisa penempatan kita akan melihat
penempatana base station agar mendapat area cakupan yang optimal sesuai dengan kapasitas dan topologi
areanya. Untuk mempermudah analisa penempatan base station, maka kita akan menggunakan software
Mapinfo, Google earth dan RPS (Radiowave propagation Simulator). Setelah mendapat banyaknya site beserta
jari-jarinya, kita akan melakukan perkiraan penempatan base starion pada Mapinfo. Perkiraaan penempatan
akan mempertimbangkan daerah urban dan suburban berdasarkan data kepadatan penduduk dan struktur
bangunannya. Setelah didapat perkiraan penempatan pada Mapinfo,maka hasil penempatan tersebut akan
diplot ke dalam Google earth. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan alamat dan plot bangunan disekitar site.
Setelah didapat plot bangunan disekitar site, maka akan dilakukan simulasi dengan RPS.

1. Latar Belakang
Pada awal abad 21 teknologi komunikasi
wireless sudah memasuki generasi ketiga.Dimana
teknologi komunikasi saat tersebut harus memenuhi
persyaratan diantaranya service yang bersifat global
dan portable. Melalui teknologi ini seseorang bisa
melakukan :
telepon,sms,mms,faximili,videoconference,video
streaming dan koneksi internet dengan kecepatan
tinggi.Menurut standar baik dari Eropa,Jepang
maupun USA maka teknologi diatas dikenal dengan
istilah IMT-2000 atau UMTS (Universal Mobile
Telecomunication System).Di sisi air interfacenya
teknologi yang dipakai bisa berupa: WCDMA,TDCDMA
atau Wideband cdmaone tergantung dari
kebijaksanan negara masing-masing.WCDMA
berbasis packet service dengan menggunakan
standar Direct Sequence Spread Spectrum (DS-SS)
yang memakai FDD. Laju data yang tinggi yang
mampu mencapai 2 Mbps di local Area dan 384
Kbps atau 144 Kbps di Wide Area, dengan mobilitas
penuh. Data rate yang lebih tinggi ini membutuhkan
band frekuensi radio yang lebih lebar, karena itulah
WCDMA dengan carrier bandwidth 5 Mhz dipilih;
dibandingkan dengan bandwidth carrier 200 khz
milik GSM. Masih banyak kelebihan WCDMA
dibandingkan dengan teknologi yang dimiliki oleh
GSM, oleh karena itu WCDMA adalah salah satu kandidat utama untuk standar UMTS (Universal
Mobile Telecommunication System). UMTS
merupakan teknologi akses jamak yang diramalkan
akan menggeser popularitas GSM, GPRS, maupun
teknologi CDMA.Sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan akan layanan data bergerak dan laju data
yang tinggi di wilayah Denpasar, diperlukan suatu
jaringan UMTS yang mampu melayani kebutuhan
layanan tersebut. Untuk itu dalam Penelitian ini,
penulis akan membahas penentuan lokasi BTS
WCDMA di Denpasar.

3. Merencanakan sistem yang diinginkan
berdasarkan data yang diperoleh dan kondisi
wilayah pelayanan,
4. Mengaplikasikan hasil perencanaan ke dalam
software simulator untuk memvisualisasikan
hasil perencanaan.
4. Perencanaan Kapasitas
4.1 Prediksi Jumlah Pelanggan
Dalam melakukan perancangan jaringan ini
tentunya kita harus mempertimbangkan kebutuhan
pelanggan di masa mendatang, maka untuk
mengantisipasi jumlah pelanggan selama periode
tersebut diperlukan estimasi pertumbuhan jumlah
pelanggan.
Estimasi jumlah pelanggan dapat dihitung
dengan persamaan[6] berikut :
( )n
n p U =U 1+ f 0
Dimana:
Un : jumlah user total setelah tahun ke-n
Uo : jumlah user saat perencanaan
fp : faktor pertumbuhan
n : jumlah tahun prediksi
5. Kapasitas Pelanggan Per Base Stasion
Kapasitas yang dimaksud merupakan jumlah
pelanggan yang dapat dilayani dalam suatu site.
Untuk jenis layanan yang berbeda, kapasitas site
juga akan berbeda.Untuk menghitung kapasitas
uplink kita dapat menggunakan persamaan[1]
dibawah ini.
Dimana:
• uplink η = Load Factor
• Rc = ChipRate
• Gs = Gain Sectoral
• Vi = activity factor
• Ri = bit rate
• f = interference factor
6. Kepadatan Trafik
Untuk melakukan estimasi kepadatan trafik total
layanan UMTS menggunakan Offered Bit Quantity
(OBQ). OBQ adalah total bit throughput per km2
pada jam sibuk. Pada dasarnya untuk setiap layanan
UMTS, OBQ selama jam sibuk untuk suatu area
tertentu dihitung berdasarkan beberapa asumsi, yaitu
penetrasi user durasi panggilan efektif, Busy Hour
Call Attempt (BHCA) dan bandwidth dari layanan[4].
Sehingga persamaannya menjadi :
OBQ = σ x p x d x BHCA x BW
Dimana :
σ : kepadatan pelanggan potensial dalam
suatu daerah [user/km2]
p : penetrasi pengguna tiap layanan
d : lama panggilan efektif [s]
BHCA : Busy Hour Call Attempt [call/s]
BW : bandwidth tiap layanan [Kbps]
7. Jumlah sel berdasarkan kapasitas[8]
Kapasitas informasi yang terdapat pada tiap sel
UMTS dibagi dengan OBQ dalam Kbps/km2
sehingga didapatkan luas cakupan sel dalam km2.
Dengan didapatkannya luas cakupan sel tersebut
maka dapat diperoleh jumlah sel yang dibutuhkan.
Karena km2 / cell menunjukkan luas cakupan sel
sehingga persamaan di atas dapat ditulis:
Dimana L merupakan luas cakupan sel. Sehingga
jumlah sel yang diperlukan dapat dicari dengan
persamaan :
Luas cakupan sel yang berbentuk heksagonal
dapat ditentukan dengan persamaan di bawah ini :
Luas sel heksagonal = 2,6 . r2
Dimana r adalah radius sel. Apabila luas cakupan
sel diketahui maka dapat pula ditentukan radius sel
yang digunakan.
8. Perencanaan Coverage
8.1 Radio link budget [1]
Dalam perhitungan Radio Link Budget ada
beberapa parameter penting yang berlaku hanya
pada WCDMA dan tidak pada GSM, yaitu:
• Interference Margin : diperlukan untuk
mengantisipasi loading dari cell (load of
factor). Semakin besar loading maka semakin
besar margin yang dibutuhkan sehingga
coverage-nya membesar. Biasanya untuk kasus
keterbatasan coverage, besar interference
margin adalah 1.0–3.0dB atau sebanding
dengan 20–50% loading.
• Fast Fading Margin (Power Control
Headroom) : terdapat didalam mobile station
untuk mengantisipasi fast fading yang terjadi
ketika pergerakan MS lambat (pedestrian).
Umumnya sekitar 2.0–5.0 dB.
• Soft Handover Gain : terjadi akibat dari
penambahan penguatan macro diversity yang
timbul karena menurunnya kebutuhan Eb/No
relative terhadap satu radio link. Besarnya
biasanya sekitar 2.0–3.0 dB.
Service yang dipakai user juga berpengaruh
dalam proses perhitungan ini khususnya untuk
parameter Processing Gain, oleh karenanya
klasifikasi user berdasarkan service dibedakan
menjadi :
- Voice dengan menggunakan codec AMR
12.2 kbps
- Real-time data 144 kbps
- Non real-time data 384 kbps
Sedangkan parameter-parameter lainnya,
sama seperti perhitungan link budget pada
umumnya. Dimana pada perhitungan tersebut
terdapat beberapa parameter untuk Transmiter
(Mobile Station) dan Receiver (Base Station)
sehingga hasil akhir dari perhitungan ini didapat
suatu nilai yang disebut MAPL (Max. Allowable
Propagation Loss).

10. Analisa penempatan base station
10.1 Perkiraan penempatan base station pada
mapinfo
Dari hasil perencanaan,terdapat 11 base
station untuk area urban dan 3 base station untuk
area suburban.Masing-masing base station
memiliki radius 1,7 Km dan 2,56 Km.Perkiraan
penempatan akan dilakukan pada software
mapinfo. Dalam software ini kita bisa mengetahui
batas-batas kecamatan Denpasar serta nama
daerahnya. Perkiraan penempatan akan
mempertimbangkan daerah yang memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi dan topologi
areanya. Untuk mengetahui persebaran penduduk
pada tiap daerah di Denpasar kita bisa memakai
data dari BPS Denpasar dan plot daerah pada
mapinfo. Sedangkan untuk mengetahui topologi
tiap area,struktur bangunan dan ketinggian areanya
kita akan menggunakan google earth. Untuk
mencegah kemungkinan penempatan site pada area
terlarang maka penempatan akan
mempertimbangkan radius untuk penempatan site.



Gambar 10.1 Penempatan base station pada
mapinfo


I Putu Dodi Irawan1, Arfianto Fahmi 2, Kris Sujatmoko3
1,2,3Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom
Jl. Telekomunikasi, Dayeuh Kolot Bandung, 40254

Senin, 09 November 2009

PENGUKURAN KUALITAS SINYAL PADA JARINGAN GSM

ABSTRAK
Jumlah pengguna yang semakin banyak bisa menjadi penyebab menurunnya kualitas layanan karena memungkinkan peningkatan interferensi sinyal. Hal ini membuat operator Global System for Mobile Communication (GSM) harus menjaga kinerja jaringan pada tingkat kualitas yang memuaskan pelanggan. Sistem pengawasan kualitas jaringan GSM bisa mempresentasikan kualitas jaringan sebuah operator jaringan GSM. Sistem ini akan membantu operator dalam menjaga kualitas jaringan. Penelitian ini memberikan solusi akan ketersediaan perangkat pengawasan kualitas jaringan GSM yang lengkap dan ekonomis.



Perkembangan teknologi telekomunikasi di dunia terjadi dengan sangat pesat karena adanya kebutuhan untuk berkomunikasi dan bertukar data dengan cepat, mudah dan mobile (www.agilent.com, 2007).
Bertambahnya jenis layanan semakin menarik jumlah user yang semakin banyak. Banyaknya user bisa menjadi penyebab penurunan kualitas layanan karena adanya kemungkinan peningkatan interferensi sinyal. Operator Global System for Mobile Communication (GSM) harus menjaga kinerja jaringan pada tingkat kualitas yang memuaskan. Sistem drive-test yang baik untuk mengawasi dan mengukur kinerja akan membantu operator dalam menjaga kualitas jaringan.

Sistem pengawasan dan pengukuran kinerja jaringan bisa memberikan berbagai data, dari data
yang umum sampai data yang sangat detil. Parameter umum yang digunakan untuk menilai
kinerja jaringan antara lain daya (level) sinyal dan error rate atau kualitas suara (Krarup, 1998; Inline System, 2005; www.panuworld.net).
Perangkat yang menyediakan sistem pengawasan dan pengukuran kinerja jaringan GSM
telah banyak tersedia di pasaran sistem komunikasi bergerak. Harga yang mahal menyebabkan
terbatasnya informasi mengenai alat tersebut, khususnya di kalangan pelajar dan mahasiswa
(www.agilent.com, Radis et al, 2007).
Penelitian ini akan memberikan solusi alternatif atas ketersediaan perangkat pengawasan dan
pengukuran kinerja jaringan GSM yang lengkap dan ekonomis. Lengkap berarti bahwa data pengukuran dapat digabungkan dengan peta digital, sehingga kinerja jaringan dapat diidentifikasi berdasarkan lokasi penyebaran infrastruktur jaringan GSM.
Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan software untuk pengawasan dan pengukuran kinerja jaringan GSM yang handal dan ekonomis serta menampilkan data-data kinerja ini dalam
Geographical Information System (GIS).
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:
a. Menghasilkan alat untuk membantu mempersiapkan lulusan perguruan tinggi sebagai
calon-calon profesional di bidang komunikasi bergerak dengan pengetahuan dan pengalaman
praktis dalam melakukan pengawasan dan pengukuran kinerja jaringan GSM.
b. Dapat menjadi acuan untuk menghasilkan software yang lebih handal dan ekonomis.
c. Menambah wawasan bagi pembaca, khususnya mahasiswa Teknik Elektro, mengenai optimasi
kinerja jaringan GSM di Yogyakarta.

Teori Traffic
Secara umum traffic dapat diartikan sebagai perpindahan informasi dari satu tempat ke tempat
lain melalui jaringan telekomunikasi (Mufti et al, 2003). Besaran dari suatu traffic telekomunikasi diukur dengan satuan waktu, sedangkan nilai traffic dari suatu kanal adalah lamanya waktu pendudukan pada kanal tersebut. Salah satu tujuan perhitungan traffic adalah untuk mengetahui unjuk kerja jaringan (Network Performance) dan mutu pelayanan
jaringan telekomunikasi (Quality of Service).
Traffic terdiri dari 3 macam, yaitu : Offered Traffic (A), Carried Traffic (Y) dan Lost Traffic (R).
Offered Traffic adalah traffic yang ditawarkan, Carried Traffic adalah traffic yang mendapat saluran (trunk), sedangkan Lost Traffic adalah traffic yang tidak mendapat saluran.

Kualitas Sinyal
Unjuk kerja suatu sistem komunikasi tidak lepas dari pengaruh gangguan (noise)
(www.stttelkom.ac.id). Noise akan selalu ada di antara pemancar dan penerima suatu sistem
komunikasi. Dampak utama dari adanya noise adalah bit error (kesalahan bit) data yang diterima pada sisi penerima. Untuk sistem komunikasi digital, data sering disimbolkan dengan simbol 0 dan simbol 1. Bit error yang dimaksud adalah kesalahan data simbol 1 menjadi simbol 0 atau sebaliknya. Terjadinya bit error diukur dengan cara membandingkan data keluaran pada sisi penerima dengan data asli pada sisi pengirim. Ketepatan pengiriman sinyal informasi dengan adanya pengaruh noise dapat diukur dengan average probability of simbol error atau biasa disebut bit error rate (BER). Bit error rate didefinisikan sebagai besarnya kesalahan bit data (bits error) keluaran pada sisi penerima dibandingkan dengan total data yang dikirimkan pada sisi pengirim. BER berbanding terbalik dengan RXQUAL
(www.tems.com, 2005). Semakin tinggi nilai BER, maka semakin jelek pula RXQUAL.

Damar Widjaja1, Joseph Anthonyus2
1,2Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma
Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman 55282
Telp. (0274)882027 ext. 2226, Faks. (0274) 886529
E-mail: 1damar@staff.usd.ac.id, 2joseph.anthonyus86@gmail.com

Kamis, 05 November 2009

Peningkatan Kinerja Lampu TL (Fluorescent) pada Catu Daya dengan Regulasi Tegangan Buruk

Abstrak
Lampu TL dapat menyala dengan baik apabila dicatu (dipasang) pada sumber tegangan yang sesuai dengan rating
tegangan lampu TL tersebut, misal 220 volt, 50 Hz. Daerah Pedesaan (di Indonesia) pada umumnya sumber tegangan
(listrik) memiliki regulasi tegangan yang buruk. Buruknya regulasi tegangan pedesaan mengakibatkan lampu TL sulit
bahkan tidak dapat menyala. Lampu TL sebagai sumber penerangan memiliki beberapa keunggulan dibandingkan lampu
pijar. Kehadiran trafo ballast pada lampu TL adalah merugikan. Trafo ballast berfungsi hanya pada saat start, setelah lampu
TL menyala kehadiran trafo ballast mengakibatkan faktor daya menjadi rendah dan trafo ballast sendiri menyerap daya
aktif. Menghilangkan ballast elektromagnetik dan menggantikan dengan proses switching pada lampu TL menghasilkan
perbaikan faktor daya sekaligus lampu TL dapat menyala pada catu daya dengan regulasi tegangan yang sangat buruk.
Frekuensi switching yang tinggi menghasilkan ukuran induktor yang kecil. Induktor dipergunakan pada proses switching
untuk menghasilkan tegangan transient yang cukup untuk menyalakan lampu TL. Frekuensi Switching 800 Hz pada lampu
TL sebagai penganti trafo ballast menghasilkan faktor daya 0,86 leading. Jika lampu TL mempergunakan trafo ballast
maka faktor daya lampu TL tersebut 0,4 lagging. Lampu TL yang mempergunakan trafo ballast tidak dapat menyala pada
kondisi tegangan 160 volt tetapi switching dengan frekuensi lebih besar dari 800 Hz menghasilkan lampu TL dapat
menyala dengan sempurna pada kondisi tegangan 160 volt.
Pendahuluan
Lampu pijar sebagai sumber penerangan bagi
pemukiman ataupun komersial, akhir-akhir ini telah
banyak digantikan oleh Lampu TL (fluorescent
Lamp). Penggunaan lampu TL sebagai sumber penerangan
karena memiliki cahaya yang lembut (tidak
sakit dimata), cahaya lebih terang dan umur lebih
panjang daripada lampu pijar.
Lampu TL dapat menyala dengan baik apabila dicatu
(dipasang) pada sumber tegangan yang sesuai
Catatan: Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Desember
2005. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Elektro
volume 6, nomor 1, Maret 2006.
dengan rating tegangan lampu TL tersebut, misal 220
volt, 50 Hz. Daerah Pedesaan (di Indonesia) pada
umumnya sumber tegangan (listrik) memiliki regulasi
tegangan yang buruk. Buruknya regulasi tegangan
didaerah pedesaan mengakibatkan lampu TL sulit
bahkan tidak dapat menyala. Disebabkan karena
buruknya regulasi tegangan didaerah pedesaan
mengakibatkan penggunaan lampu pijar lebih umum
dibandingkan lampu TL.
Lampu TL biasanya dilengkapi dengan trafo ballast
(ballast transformer) dan starter yang fungsinya
untuk membatasi aliran arus dan menyediakan
tegangan transien yang sesuai untuk penyalaan
katoda [Liang dkk, 2001]. Trafo ballast dilihat dari
cara kerjanya ada dua jenis yaitu ballast elektroJurnal
magnetik dan ballast elektronik. Ballast elektromagnetik
bekerja atas dasar induksi elektromagnetik
dengan frekuensi sama dengan frekuensi sumber.
Ballast elektronik bekerja dengan prinsip resonant
inverter yang dilakukan dengan proses switching
pada frekwensi tinggi. Tegangan transien dari
resonant inverter tergantung pada komponen bejana
resonansi (L dan C) sehingga tegangan transien dapat
menjadi lebih besar dari tegangan sumber.
Sebagian besar daerah pedesaan di Indonesia tidak
dapat menggunakan lampu TL karena tegangan
listrik di desa pada umumnya sangat buruk. Melihat
fenomena ini maka diperlukan suatu penelitian agar
lampu TL dapat menyala dengan baik pada daerah
yang tegangannya buruk.



Supriono, I Nyoman Wahyu Satiawan
Staff Pengajar Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Unram
Jl. Majapahit No. 62, Mataram–NTB 83125
Email: supriono.rio@lycos.com

Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen, seperti dijelaskan pada artikel sebelumnya di sini.
Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:
1) pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan
2) merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I kwadrat R). Dengan daya yang sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula.

Pada sistem penyaluran daya jarak jauh, selalu digunakan tegangan setinggi mungkin, dengan menggunakan trafo-trafo step-up. Nilai tegangan yang sangat tinggi ini (HV,UHV,EHV) menimbulkan beberapa konsekuensi antara lain: berbahaya bagi lingkungan dan mahalnya harga perlengkapan-perlengkapannya, selain menjadi tidak cocok dengan nilai tegangan yang dibutuhkan pada sisi beban. Maka, pada daerah-daerah pusat beban tegangan saluran yang tinggi ini diturunkan kembali dengan menggunakan trafo-trafo step-down. Akibatnya, bila ditinjau nilai tegangannya, maka mulai dari titik sumber hingga di titik beban, terdapat bagian-bagian saluran yang memiliki nilai tegangan berbeda-beda.

Klasifikasi Saluran Distribusi Tenaga Listrik

Secara umum, saluran tenaga Listrik atau saluran distribusi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Menurut nilai tegangannya:
2. Menurut bentuk tegangannya:
3. Menurut jenis/tipe konduktornya:
4. Menurut susunan (konfigurasi) salurannya:
5. Menurut Susunan Rangkaiannya



http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/12/sistem-distribusi-tenaga-listrik.html